Berita Heboh Penutupan Gold’s Gym di Indonesia

Gold's Gym

Dmarket.web.id – Gold’s Gym adalah nama yang identik dengan industri kebugaran global. Berdiri sejak tahun 1965 di Venice Beach, California, Amerika Serikat, Gold’s Gym dikenal sebagai “The Mecca of Bodybuilding”, tempat para legenda seperti Arnold Schwarzenegger berlatih.

Seiring perkembangan industri gaya hidup sehat dan kebugaran dunia, Gold’s Gym pun melakukan ekspansi global, termasuk ke Indonesia.

Masuk ke pasar Indonesia pada tahun 2007 melalui PT Fit and Health Indonesia, Gold’s Gym langsung menarik perhatian.

Dengan menghadirkan standar internasional dalam pelayanan, fasilitas kebugaran, hingga sistem pelatihan personal trainer, Gold’s Gym sempat menjadi simbol prestise dan gaya hidup sehat kalangan urban, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Namun siapa sangka, pada pertengahan tahun 2025, Gold’s Gym resmi menghentikan operasionalnya di Indonesia, menyisakan kontroversi, kerugian konsumen, dan rasa kecewa yang mendalam.

Ekspansi dan Pertumbuhan di Indonesia

Selama lebih dari 15 tahun beroperasi, Gold’s Gym membuka cabang-cabang strategis di pusat perbelanjaan elit dan perkantoran besar. Lokasi seperti Plaza Indonesia, Mall of Indonesia, Kota Kasablanka, dan Baywalk Pluit menjadi rumah bagi ribuan member yang mengejar tubuh sehat dan gaya hidup aktif.

Dengan tarif keanggotaan berkisar antara Rp500.000 hingga lebih dari Rp1.000.000 per bulan, Gold’s Gym memposisikan diri sebagai pusat kebugaran kelas menengah ke atas.

Fasilitas seperti kelas Zumba, yoga, pilates, muay thai, hingga layanan personal training (PT) menjadi nilai jual utama. Gold’s Gym juga sempat menghadirkan program-program promosi seperti “All Club Access”, diskon tahunan, dan bundling paket PT yang kerap ditawarkan dengan pembayaran di muka.

Model bisnis seperti ini mempercepat akumulasi kas perusahaan, tetapi juga menimbulkan risiko besar jika manajemen gagal mempertahankan operasional dalam jangka panjang.

Tanda-Tanda Kemunduran: Komplain Hingga Penurunan Kualitas

Sejak 2023, sejumlah pelanggan mulai menyuarakan keluhan terhadap layanan Gold’s Gym. Komplain di media sosial dan forum-forum online seperti Kaskus dan Reddit mulai muncul. Beberapa masalah yang sering dilaporkan termasuk:

  • Peralatan gym yang tidak diperbaiki meskipun rusak selama berminggu-minggu

  • Air conditioner (AC) mati atau tidak berfungsi optimal

  • Pengurangan jumlah staf atau pelatih tanpa penjelasan

  • Jadwal kelas yang tidak konsisten

Penurunan kualitas ini menunjukkan adanya tekanan internal dari sisi keuangan atau manajemen. Namun banyak anggota yang masih bertahan karena telah membayar paket tahunan atau memiliki kontrak keanggotaan yang panjang.

Sayangnya, loyalitas ini justru menjadi bumerang ketika penutupan mendadak diumumkan tanpa proses refund yang jelas.

Pengumuman Penutupan Mendadak

Pada tanggal 30 Juni 2025, Gold’s Gym Indonesia tiba-tiba menutup seluruh cabangnya secara permanen. Dalam pernyataan resminya, manajemen menyebut bahwa lima cabang tetap akan beroperasi dan anggota akan dialihkan ke cabang terdekat.

Namun faktanya, banyak cabang yang telah tutup total tanpa staf, bahkan sebagian disegel oleh pihak manajemen gedung karena menunggak biaya sewa.

Sebagian member tidak mendapatkan pemberitahuan sama sekali. Beberapa bahkan baru mengetahui gym mereka tutup saat datang berlatih. Penutupan ini dilakukan secara mendadak, dan tanpa mekanisme kompensasi atau pengembalian dana yang pasti.

Situasi ini menimbulkan kepanikan dan kemarahan publik, terutama di kalangan mereka yang baru saja membayar paket tahunan atau membeli sesi personal training dalam jumlah besar.

Kerugian Konsumen: Dana Hangus dan Ketidakjelasan Refund

Salah satu dampak paling besar dari penutupan Gold’s Gym adalah kerugian finansial yang dialami konsumen. Banyak dari mereka yang membeli paket keanggotaan tahunan atau paket personal trainer senilai puluhan juta rupiah.

Dalam beberapa laporan yang beredar, kerugian gabungan yang dialami pelanggan mencapai lebih dari Rp7 miliar, melibatkan lebih dari 1.000 orang.

Contoh nyata terjadi di Bekasi dan Jakarta, di mana ratusan member tidak bisa menggunakan sisa keanggotaan mereka meski baru berjalan beberapa bulan. Selain itu, pelatih pribadi (PT) yang telah menerima pembayaran di muka dari klien juga turut dirugikan karena tidak ada kejelasan dari manajemen.

Bahkan sebagian besar staf juga tidak menerima gaji terakhir mereka. Hal ini memperparah situasi dan memicu kemarahan massal.

Forum Korban Gold’s Gym: Tuntutan Kolektif

Menanggapi situasi tersebut, sejumlah korban kemudian membentuk komunitas yang disebut Forum Korban Gold’s Gym Indonesia (FKGGI). Forum ini berfungsi sebagai wadah komunikasi, berbagi bukti pembayaran, serta melakukan aksi hukum kolektif. Mereka menuntut:

  1. Pengembalian dana keanggotaan yang belum dipakai

  2. Transparansi laporan keuangan manajemen

  3. Tanggung jawab hukum dari PT Fit and Health Indonesia sebagai operator resmi Gold’s Gym di Indonesia

Forum ini juga telah melayangkan pengaduan ke Kementerian Perdagangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Lembaga Perlindungan Konsumen. Mereka menuntut pemerintah turun tangan mengatasi ketidakadilan yang mereka alami.

Sementara itu, belum ada klarifikasi resmi dari manajemen pusat Gold’s Gym Global mengenai status operasional di Indonesia.

Penyebab Penutupan: Masalah Keuangan atau Manajemen?

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi yang membeberkan alasan utama penutupan mendadak ini. Namun sejumlah analis dan mantan karyawan menduga penyebab utamanya adalah:

  • Tunggakan sewa tempat yang menumpuk akibat pendapatan menurun

  • Salah kelola dana keanggotaan, terutama dari program pembayaran di muka

  • Efek pandemi yang tertunda, di mana banyak pusat kebugaran terkena dampak lockdown

  • Persaingan dengan gym murah dan gym 24 jam, seperti Anytime Fitness, Celebrity Fitness, dan Fit Hub

Model bisnis Gold’s Gym yang mengandalkan biaya besar dan sewa gedung premium dinilai tidak lagi relevan di pasar Indonesia pasca pandemi. Selain itu, kehadiran startup gym murah yang hanya menarik biaya Rp100 ribu–Rp200 ribu per bulan dengan sistem mandiri telah menggerus pasar mereka secara signifikan.

Perspektif Hukum: Siapa yang Bertanggung Jawab?

Dari sisi hukum, posisi konsumen Gold’s Gym masih belum jelas. PT Fit and Health Indonesia sebagai pemegang lisensi operasional bisa dikenai tuntutan perdata berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Namun, dalam banyak kasus serupa, pengembalian dana jarang dilakukan karena perusahaan telah mengalami kerugian besar atau bahkan pailit.

Di sisi lain, ada pertanyaan besar apakah Gold’s Gym pusat di AS turut bertanggung jawab. Secara hukum, perusahaan lisensi seperti ini biasanya menyerahkan pengelolaan penuh pada pemegang waralaba lokal. Namun, brand damage tetap menjadi risiko besar bagi Gold’s Gym global jika kasus ini tidak ditangani dengan baik.

Dampak Terhadap Industri Fitness di Indonesia

Penutupan Gold’s Gym menjadi titik balik besar bagi industri kebugaran di Indonesia. Sebagai salah satu pionir gym internasional di Tanah Air, tumbangnya Gold’s Gym membuka mata banyak konsumen bahwa tidak semua brand besar mampu bertahan jika tidak dikelola dengan baik.

Hal ini sekaligus menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam bisnis kebugaran.

Beberapa gym lokal justru diuntungkan dari situasi ini. Mereka mulai mendapatkan lonjakan member yang dulunya berasal dari Gold’s Gym. Namun, di sisi lain, kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran di muka mulai menurun drastis.

Banyak orang kini memilih sistem bayar per kunjungan atau berlangganan bulanan tanpa kontrak panjang.

Nasib Pegawai dan Pelatih: Korban yang Terlupakan

Di balik kegaduhan ini, ada ratusan karyawan dan personal trainer yang juga menjadi korban. Mereka tidak hanya kehilangan pekerjaan, tetapi juga gaji, komisi, dan insentif yang belum dibayarkan.

Beberapa dari mereka bahkan ditinggal klien yang merasa ditipu, padahal mereka sendiri tidak mendapatkan arahan dari manajemen pusat.

Banyak pelatih kemudian mencoba pindah ke platform fitness online atau membuka jasa PT secara independen. Beberapa lainnya memilih bergabung dengan gym kompetitor. Situasi ini mencerminkan betapa rapuhnya industri kebugaran ketika tidak ditopang oleh sistem manajemen dan keuangan yang berkelanjutan.

Kesimpulan: Ketika Brand Besar Tidak Lagi Menjamin

Penutupan Gold’s Gym di Indonesia menjadi momen reflektif bahwa nama besar tidak selalu berarti aman. Dalam dunia bisnis, terutama di sektor jasa seperti kebugaran, transparansi, manajemen risiko, dan komunikasi dengan pelanggan menjadi hal vital.

Kasus ini membuktikan bahwa kegagalan satu entitas bisa berdampak pada ribuan orang, mulai dari konsumen, pelatih, hingga karyawan.

Bagi masyarakat Indonesia, kejadian ini menjadi pelajaran penting agar lebih hati-hati dalam memilih tempat berlangganan, tidak tergiur promo panjang yang terlalu indah, dan selalu mengecek legalitas serta keuangan perusahaan tempat mereka berinvestasi dalam gaya hidup.

Adapun bagi pemerintah dan regulator, momen ini menjadi peluang untuk memperketat regulasi industri kebugaran demi mencegah kejadian serupa di masa depan.