Berita  

Bahaya Infeksi HPV Dapat Picu Kanker Serviks

Kanker serviks

Dmarket.web.id – Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker paling mematikan yang menyerang wanita di seluruh dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks menempati peringkat keempat penyebab kematian akibat kanker pada wanita secara global.

Penyakit ini berkembang di leher rahim, bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina, dan memiliki hubungan erat dengan infeksi virus HPV (Human Papillomavirus).

Di Indonesia, kanker serviks menjadi momok serius karena masih banyak perempuan yang tidak mendapatkan akses edukasi, deteksi dini, atau vaksinasi yang memadai.

Mengenal HPV: Virus Kecil, Dampak Besar

a. Apa Itu HPV?

HPV atau Human Papillomavirus adalah kelompok virus yang terdiri dari lebih dari 200 jenis, di mana sebagian besar tidak berbahaya dan bisa sembuh sendiri tanpa gejala. Namun, sekitar 14 tipe HPV tergolong berisiko tinggi, karena dapat menyebabkan kanker, terutama kanker serviks.

b. Tipe HPV Berisiko Tinggi

Dua tipe HPV yang paling sering ditemukan dalam kasus kanker serviks adalah HPV-16 dan HPV-18. Kedua jenis ini bertanggung jawab atas hampir 70% kasus kanker serviks di seluruh dunia.

c. Mekanisme Infeksi

HPV menular melalui kontak kulit ke kulit, terutama lewat hubungan seksual. Virus ini menginfeksi sel-sel di permukaan leher rahim dan, dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan perubahan genetik pada sel yang berujung kanker.

HPV dan Kanker Serviks: Hubungan yang Terbukti Ilmiah

a. Proses Terjadinya Kanker

Ketika HPV tipe risiko tinggi menginfeksi sel-sel serviks, ia bisa memicu perubahan sel yang disebut displasia. Jika displasia ini tidak terdeteksi dan ditangani sejak dini, maka dalam waktu beberapa tahun bisa berkembang menjadi karsinoma serviks atau kanker serviks.

b. Evidensi Klinis

Berbagai penelitian epidemiologis dan laboratorium menunjukkan bahwa hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV. Oleh karena itu, infeksi HPV diakui secara ilmiah sebagai faktor etiologis utama dalam perkembangan kanker serviks.

Faktor Risiko yang Meningkatkan Kemungkinan Terinfeksi HPV

a. Hubungan Seksual Dini dan Berganti-ganti Pasangan

Wanita yang mulai aktif secara seksual pada usia muda atau memiliki banyak pasangan seksual lebih rentan terpapar HPV.

b. Sistem Imun Lemah

Imun yang rendah, seperti pada penderita HIV/AIDS atau mereka yang mengonsumsi obat imunosupresif, membuat tubuh sulit membersihkan infeksi HPV.

c. Merokok

Wanita perokok memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker serviks karena zat kimia dalam rokok bisa merusak sel leher rahim dan melemahkan sistem imun lokal.

d. Kurangnya Pap Smear dan Deteksi Dini

Banyak wanita tidak melakukan tes Pap smear secara berkala, sehingga perubahan sel prakeanker tidak terdeteksi sejak awal.

Gejala dan Deteksi Dini Kanker Serviks

a. Gejala Awal

Kanker serviks pada tahap awal sering tidak menimbulkan gejala. Namun, jika infeksi berkembang, beberapa gejala yang bisa muncul antara lain:

  • Perdarahan di luar siklus menstruasi

  • Nyeri saat berhubungan seksual

  • Keputihan tidak normal

b. Tes Pap Smear dan IVA

Tes Pap smear adalah metode paling umum untuk mendeteksi perubahan sel abnormal pada serviks. Metode alternatif yang lebih sederhana adalah Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).

c. Tes HPV DNA

Tes ini dapat mendeteksi keberadaan DNA dari virus HPV risiko tinggi dalam sel serviks, dan sering digunakan bersama Pap smear untuk evaluasi risiko kanker.

Data Epidemiologi: Beban Kanker Serviks di Dunia dan Indonesia

a. Data Global

Menurut WHO, pada tahun 2023 terdapat lebih dari 600.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, dan sekitar 340.000 kematian. Sebagian besar kasus terjadi di negara berkembang, tempat deteksi dini dan vaksinasi belum merata.

b. Situasi di Indonesia

Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa setiap tahun terjadi lebih dari 36.000 kasus baru kanker serviks, dengan sekitar 20.000 kematian. Ini berarti setiap satu jam, dua wanita meninggal akibat kanker serviks di Indonesia.

Pencegahan: Vaksinasi HPV, Gaya Hidup Sehat, dan Skrining

a. Vaksin HPV

Vaksin HPV terbukti sangat efektif dalam mencegah infeksi tipe HPV penyebab kanker. WHO merekomendasikan vaksin diberikan kepada:

  • Anak perempuan usia 9–14 tahun (sebelum aktif secara seksual)

  • Wanita hingga usia 26 tahun (bahkan hingga 45 tahun dengan pertimbangan medis)

Di Indonesia, vaksinasi HPV telah dimasukkan dalam program imunisasi nasional sejak 2023.

b. Pola Hidup Sehat

Menjaga sistem imun tetap kuat dengan nutrisi seimbang, menghindari merokok, serta menjaga kebersihan organ intim membantu tubuh melawan infeksi HPV.

c. Skrining Rutin

Wanita usia 21–65 tahun disarankan melakukan Pap smear setiap 3 tahun, atau kombinasi dengan tes HPV setiap 5 tahun untuk deteksi dini.

Peran Pemerintah dan Organisasi Kesehatan

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah penting dengan:

  • Mengintegrasikan vaksin HPV dalam program imunisasi dasar anak sekolah.

  • Mendorong layanan IVA gratis di puskesmas.

  • Mengadakan kampanye nasional “Deteksi Dini Kanker Serviks” melalui BPJS Kesehatan.

Organisasi seperti Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan WHO juga aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya vaksin dan deteksi dini.

Tantangan: Edukasi, Stigma, dan Akses Pelayanan

Meskipun sudah banyak kemajuan, sejumlah tantangan masih menghambat upaya eliminasi kanker serviks:

a. Kurangnya Edukasi

Masih banyak masyarakat yang belum paham tentang HPV, cara penularannya, dan manfaat vaksinasi. Edukasi kesehatan reproduksi belum merata di sekolah-sekolah.

b. Stigma Sosial

Karena berkaitan dengan hubungan seksual, topik HPV dan kanker serviks masih dianggap tabu di beberapa lingkungan, menyebabkan enggan memeriksakan diri.

c. Akses Terbatas di Daerah Terpencil

Puskesmas di daerah pedalaman belum semuanya memiliki fasilitas Pap smear atau vaksinasi, sehingga deteksi dini menjadi sulit.

Masa Depan: Menuju Eliminasi Kanker Serviks 2030

WHO mencanangkan strategi eliminasi kanker serviks global pada tahun 2030 dengan tiga pilar:

  1. 90% anak perempuan divaksinasi HPV sebelum usia 15 tahun

  2. 70% wanita menjalani skrining sebelum usia 35 dan sekali lagi sebelum usia 45

  3. 90% kasus lesi prakanker dan kanker ditangani dengan tepat

Indonesia telah mulai menyusun peta jalan untuk mengikuti strategi ini. Jika vaksinasi dan edukasi bisa diperluas ke seluruh pelosok negeri, bukan hal mustahil Indonesia mampu menurunkan angka kematian kanker serviks secara drastis dalam 10 tahun ke depan.

Kesimpulan: Cegah Sekarang, Lindungi Masa Depan

Infeksi HPV sebagai pemicu utama kanker serviks telah terbukti secara ilmiah dan epidemiologis. Namun, kabar baiknya adalah: kanker jenis ini termasuk salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah, baik melalui vaksinasi, deteksi dini, maupun pola hidup sehat.

Upaya kolektif dari pemerintah, tenaga kesehatan, sekolah, dan keluarga sangat penting dalam menciptakan generasi wanita yang sehat dan bebas dari ancaman kanker serviks.

Melalui pemahaman yang benar, pengetahuan yang luas, dan tindakan nyata, kita semua bisa ikut berperan menyelamatkan ribuan nyawa perempuan Indonesia dari kanker yang sebetulnya sangat bisa dicegah ini.

Ingatlah: vaksin sekarang, periksa rutin, dan jaga kesehatan, karena pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.