Dmarket.web.id – Tuberkulosis (Vaksin TBC) adalah salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia, bahkan sebelum pandemi COVID-19 melanda. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC membunuh sekitar 1,3 juta orang setiap tahunnya dan menulari jutaan lainnya.
Indonesia sendiri berada di peringkat kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia, setelah India. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru-paru, namun juga bisa menyebar ke organ lain.
Gejalanya sering kali samar—batuk berkepanjangan, penurunan berat badan, dan demam—sehingga banyak kasus tidak terdiagnosis atau terlambat diobati.
Meskipun Vaksin TBC BCG (Bacillus Calmette–Guérin) telah lama digunakan secara global untuk mencegah TBC, terutama pada anak-anak, efektivitasnya dalam melindungi orang dewasa dari bentuk paru aktif relatif terbatas.
Di sisi lain, distribusi Vaksin TBC ini di Indonesia masih mengandalkan impor dari negara lain, sehingga kerentanan terhadap pasokan global menjadi tantangan tersendiri. Dalam konteks ini, keputusan Indonesia untuk memproduksi vaksin TBC sendiri merupakan langkah strategis dan historis dalam memperkuat ketahanan kesehatan nasional.
Perjalanan Menuju Produksi Vaksin TBC Dalam Negeri
Inisiatif Indonesia untuk memproduksi vaksin TBC sendiri bukanlah keputusan instan. Langkah ini merupakan buah dari kerja sama jangka panjang antara pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor industri farmasi nasional, khususnya Bio Farma, BUMN yang menjadi tulang punggung produksi Vaksin TBC di Indonesia.
Proyek ini mulai dirintis sejak pertengahan 2010-an dengan riset dasar yang melibatkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Universitas Indonesia. Kemudian, pada tahun 2020, pemerintah memasukkan TBC sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN), bersamaan dengan isu-isu kesehatan strategis lainnya.
Titik balik terjadi pada tahun 2023, ketika Bio Farma berhasil memperoleh hak lisensi teknologi vaksin TBC dari hasil kolaborasi internasional dengan perusahaan bioteknologi asal Denmark, Statens Serum Institut.
Lisensi ini mencakup produksi vaksin kandidat TBC generasi baru yang bernama VPM1002, varian yang telah menunjukkan hasil uji klinis menjanjikan dalam melindungi orang dewasa dan anak-anak dari TBC aktif.
Proses transfer teknologi ini kemudian disusul oleh pembangunan fasilitas produksi baru di Bandung yang mematuhi standar GMP (Good Manufacturing Practices) internasional.
Peran Bio Farma: Pilar Kemandirian Vaksin Indonesia
Bio Farma memegang peran sentral dalam produksi vaksin TBC di Indonesia. Perusahaan ini telah lama dikenal sebagai produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara dan telah memasok lebih dari 140 negara melalui jaringan WHO.
Dengan pengalaman ini, Bio Farma mampu mempercepat proses formulasi, validasi, dan uji stabilitas vaksin TBC buatan dalam negeri. Pada akhir 2024, uji klinis tahap akhir untuk vaksin VPM1002 versi Indonesia selesai dilakukan di beberapa rumah sakit besar di Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar, melibatkan lebih dari 8.000 relawan dewasa dan anak-anak.
Hasil uji klinis tersebut menunjukkan bahwa Vaksin TBC ini memiliki tingkat perlindungan sebesar 65–70% terhadap TBC aktif pada dewasa muda, jauh lebih tinggi dibandingkan Vaksin TBC konvensional. Setelah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada awal 2025, Bio Farma secara resmi meluncurkan produksi massal vaksin ini di bawah nama dagang Indo-TBCVax.
Peluncuran Indo-TBCVax: Momentum Sejarah Nasional
Peluncuran Indo-TBCVax diumumkan secara nasional oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah seremoni di Istana Negara pada Maret 2025. Dalam pidatonya, Presiden menyatakan, “Hari ini kita membuktikan bahwa Indonesia mampu mandiri dalam bidang Vaksin TBC dan memutus ketergantungan pada impor.
Ini bukan hanya kemenangan di bidang kesehatan, tapi juga kemenangan kedaulatan bangsa.” Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menambahkan bahwa Vaksin TBC ini akan menjadi bagian dari program imunisasi nasional mulai pertengahan tahun 2025, dimulai dari daerah dengan beban TBC tertinggi seperti Papua, Jawa Barat, dan Sumatera Utara.
Selain itu, pemerintah menetapkan harga vaksin ini jauh lebih terjangkau dibandingkan Vaksin TBC impor, dengan subsidi penuh untuk masyarakat kurang mampu melalui BPJS Kesehatan. Target distribusi tahap awal mencakup 20 juta dosis per tahun, dengan prioritas pada anak-anak usia di bawah 5 tahun, petugas kesehatan, dan keluarga dengan riwayat TBC.
Dampak Terhadap Kesehatan Publik Nasional
Produksi dan distribusi vaksin TBC dalam negeri diharapkan mampu menurunkan angka infeksi baru secara signifikan dalam 5–10 tahun ke depan. Saat ini, menurut Kemenkes, terdapat sekitar 824.000 kasus TBC aktif di Indonesia setiap tahunnya, dengan sekitar 100.000 kematian.
Dengan cakupan imunisasi minimal 70% populasi risiko tinggi, model epidemiologis dari Universitas Airlangga memproyeksikan penurunan 40% kasus baru pada 2030.
Selain itu, Vaksin TBC ini dapat menekan biaya perawatan negara. Saat ini, pengobatan TBC menghabiskan sekitar Rp3,5 triliun per tahun dari anggaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jika kasus TBC bisa ditekan secara signifikan, beban finansial itu dapat dialihkan untuk mendukung layanan kesehatan lainnya.
Respon Internasional: Apresiasi dan Potensi Ekspor
Langkah Indonesia memproduksi vaksin TBC sendiri mendapat apresiasi dari komunitas internasional. WHO memuji keputusan ini sebagai bagian dari strategi regional untuk mengatasi penyakit menular yang telah lama terabaikan.
Dalam forum tahunan World Health Assembly 2025 di Jenewa, Indonesia diundang secara khusus untuk mempresentasikan model kolaborasi riset dan industri yang memungkinkan kemandirian Vaksin TBC nasional.
Beberapa negara berkembang, khususnya di Afrika dan Asia Selatan, juga menyatakan minat untuk mengimpor Indo-TBCVax karena harga dan efisiensinya yang lebih kompetitif dibandingkan Vaksin TBC sejenis dari Eropa.
Pemerintah Indonesia pun membuka jalur diplomasi kesehatan, menawarkan kerja sama regional untuk distribusi vaksin dalam kerangka solidaritas global. Ini memberi Indonesia posisi strategis sebagai pemain penting dalam diplomasi Vaksin TBC di era pascapandemi.
Tantangan Produksi dan Logistik
Meski begitu, keberhasilan produksi vaksin TBC dalam negeri tidak lepas dari tantangan teknis dan logistik. Salah satunya adalah kapasitas cold chain, yakni sistem distribusi rantai dingin yang harus terjaga agar vaksin tetap efektif.
Banyak daerah terpencil di Indonesia, terutama di Papua dan Kalimantan, masih kekurangan infrastruktur penyimpanan yang memadai.
Selain itu, edukasi masyarakat tetap menjadi tantangan tersendiri. Tingkat kepercayaan terhadap vaksin, meskipun meningkat pasca-COVID-19, masih rentan terhadap disinformasi dan hoaks di media sosial.
Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan ormas keagamaan dan tokoh lokal untuk menyosialisasikan pentingnya vaksinasi TBC sebagai bentuk perlindungan diri dan keluarga.
Indo-TBCVax sebagai Produk Inovasi Nasional
Produksi vaksin TBC dalam negeri juga menjadi bukti nyata dari kemampuan inovasi bangsa. Indo-TBCVax bukan hanya simbol kemandirian, tetapi juga hasil riset panjang yang melibatkan para ilmuwan, dokter, dan profesional Indonesia di berbagai bidang.
emerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong agar Indo-TBCVax menjadi batu loncatan bagi pengembangan vaksin-vaksin lain, termasuk malaria, HIV, dan bahkan kanker serviks.
Ke depan, Indonesia ditargetkan menjadi hub produksi Vaksin TBC tropis di kawasan Asia Tenggara, mengingat kekayaan biodiversitas dan kapasitas ilmiah yang terus tumbuh. Hal ini juga membuka peluang kerja sama lebih luas antara Indonesia dengan pusat-pusat bioteknologi dunia seperti India, Brasil, dan Korea Selatan.
Pesan Moral dan Politik Kesehatan
Keputusan memproduksi vaksin TBC di dalam negeri tidak hanya berdampak pada aspek teknis dan kesehatan, tetapi juga menjadi pesan moral dan politik yang kuat.
Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa negara berkembang mampu mandiri, tidak hanya sebagai pasar konsumsi, tetapi juga sebagai produsen teknologi strategis. Dalam konteks geopolitik, hal ini memperkuat posisi tawar Indonesia dalam negosiasi global, baik dalam isu perdagangan obat-obatan maupun kebijakan paten internasional.
Pemerintah juga menegaskan bahwa kesehatan bukan hanya urusan medis, tetapi juga isu keadilan sosial. Dengan menyediakan vaksin TBC gratis untuk semua kalangan, Indonesia menunjukkan bahwa negara hadir untuk melindungi seluruh rakyat tanpa diskriminasi.
Penutup: Menuju Indonesia Sehat dan Mandiri
Produksi vaksin TBC dalam negeri merupakan lompatan besar dalam sejarah kesehatan Indonesia. Langkah ini tidak hanya menandai tonggak baru dalam penanganan salah satu penyakit tertua di dunia, tetapi juga mengangkat harkat dan martabat bangsa dalam bidang sains, teknologi, dan kemanusiaan.
Dengan Indo-TBCVax, Indonesia tidak hanya menyelamatkan jutaan nyawa, tetapi juga menunjukkan bahwa kemandirian dan kolaborasi bisa berjalan berdampingan.
Dalam dekade ke depan, Indo-TBCVax diharapkan menjadi ikon dari era baru: era Indonesia sehat, inovatif, dan berdaulat. Dan lebih dari itu, menjadi inspirasi bagi banyak negara berkembang lainnya bahwa dengan visi, kerja keras, dan keberanian, perubahan besar bisa diwujudkan dari dalam negeri sendiri.