Dmarket.web.id –Pahala Puasa merupakan salah satu hadiah ibadah utama dalam Islam yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Puasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri dari terbit fajar hingga terbenam matahari, tetapi juga mencakup penjagaan diri dari segala perbuatan yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa.
Dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, terdapat banyak penjelasan mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat merusak pahala puasa. Postingan ini akan membahas beberapa perbuatan tersebut berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW.
1. Berkata Dusta dan Berbuat Kebatilan
Salah satu perbuatan yang dapat merusak pahala puasa adalah berkata dusta dan berbuat kebatilan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara fisik, tetapi juga menahan diri dari perbuatan yang merusak nilai spiritual puasa. Berkata dusta, mengumpat, atau melakukan perbuatan buruk lainnya dapat menghilangkan pahala puasa, meskipun secara hukum puasa tersebut tetap sah.
2. Menggunjing (Ghibah) dan Mengadu Domba (Namimah)
Menggunjing (ghibah) dan mengadu domba (namimah) adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam, terutama saat berpuasa. Nabi SAW bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: “Puasa adalah perisai. Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau memeranginya, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.'” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ghibah dan namimah termasuk perbuatan yang dapat merusak pahala puasa karena keduanya bertentangan dengan nilai-nilai kesucian dan kesabaran yang seharusnya dijaga selama berpuasa. Orang yang berpuasa harus menjaga lisannya dari perkataan yang tidak bermanfaat dan merugikan orang lain.
3. Marah dan Bertengkar
Marah dan bertengkar juga termasuk perbuatan yang dapat merusak pahala puasa. Nabi SAW mengingatkan:
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: “Jika salah seorang dari kalian berpuasa pada suatu hari, maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia berbuat bodoh. Jika ada orang yang mencacinya atau memeranginya, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.'” (HR. Bukhari dan Muslim).
Puasa seharusnya melatih seseorang untuk menjadi lebih sabar dan mengendalikan emosi. Marah dan bertengkar justru bertentangan dengan esensi puasa yang mengajarkan pengendalian diri. Oleh karena itu, perbuatan ini dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa.
4. Melakukan Perbuatan Maksiat
Puasa seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan ketakwaan dan menjauhi segala bentuk maksiat. Nabi SAW bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad).
Hadits ini mengisyaratkan bahwa puasa seseorang bisa sia-sia jika ia masih melakukan perbuatan maksiat. Maksiat seperti mencuri, berzina, memakan harta riba, atau melakukan perbuatan haram lainnya dapat merusak pahala puasa. Puasa seharusnya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan justru menjauh dari-Nya.
5. Melakukan Riya’ (Pamer) dalam Berpuasa
Riya’ atau pamer dalam beribadah, termasuk puasa, adalah perbuatan yang dapat merusak pahala puasa. Nabi SAW bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, ‘Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Riya’.'” (HR. Ahmad).
Riya’ dalam berpuasa, seperti memperlihatkan keletihan atau kehausan agar dipuji orang lain, dapat menghilangkan pahala puasa karena niatnya tidak ikhlas untuk Allah SWT. Puasa harus dilakukan dengan ikhlas semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia.
6. Meninggalkan Shalat
Shalat adalah ibadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang muslim, termasuk saat berpuasa. Meninggalkan shalat dengan sengaja dapat merusak pahala puasa karena shalat merupakan tiang agama. Nabi SAW bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
Artinya: “Pemisah antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim).
Orang yang berpuasa tetapi meninggalkan shalat, maka puasanya tidak akan bernilai di sisi Allah karena shalat adalah ibadah yang lebih utama dan wajib dilaksanakan.
7. Berbuat Syirik
Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain. Perbuatan ini merupakan dosa besar yang dapat menghapus semua pahala ibadah, termasuk puasa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: “Jika engkau berbuat syirik, niscaya akan hapus semua amalmu dan engkau akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).
Puasa seseorang tidak akan berarti jika ia masih melakukan perbuatan syirik, seperti menyembah selain Allah, percaya kepada dukun, atau melakukan ritual-ritual yang bertentangan dengan tauhid.
8. Mengonsumsi Makanan atau Minuman Haram
Mengonsumsi makanan atau minuman yang haram juga dapat merusak pahala puasa. Nabi SAW bersabda:
أَيُّمَا لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ حَرَامٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
Artinya: “Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ahmad).
Makanan dan minuman yang haram dapat mempengaruhi hati dan amal seseorang. Jika seseorang berpuasa tetapi masih mengonsumsi makanan atau minuman haram, maka pahala puasanya bisa berkurang atau bahkan hilang.
9. Meninggalkan Amal Kebaikan
Puasa seharusnya mendorong seseorang untuk lebih banyak berbuat kebaikan, seperti sedekah, membantu orang lain, dan membaca Al-Qur’an. Nabi SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan buruk, dan kebodohan, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari).
Meninggalkan amal kebaikan selama berpuasa dapat mengurangi pahala puasa karena puasa seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah dan amal shaleh.
10. Tidak Menjaga Pandangan dan Aurat
Menjaga pandangan dan aurat adalah bagian dari adab berpuasa. Nabi SAW bersabda:
النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومٌ
Artinya: “Pandangan adalah salah satu panah beracun dari panah-panah Iblis.” (HR. Hakim).
Puasa seharusnya melatih seseorang untuk menjaga diri dari segala bentuk dosa, termasuk dosa mata. Jika seseorang tidak menjaga pandangan dan auratnya, maka pahala puasanya bisa berkurang.
Penutupan Pahala Puasa
Puasa adalah ibadah yang mulia dan memiliki banyak keutamaan. Namun, pahala puasa dapat rusak atau bahkan hilang jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai puasa, seperti berkata dusta, menggunjing, marah, melakukan maksiat, riya’, meninggalkan shalat, berbuat syirik, mengonsumsi makanan haram, meninggalkan amal kebaikan, dan tidak menjaga pandangan serta aurat.
Oleh karena itu, seorang muslim yang berpuasa harus menjaga diri dari segala perbuatan yang dapat merusak pahala puasa agar ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan mendatangkan ketakwaan.